Description:

Ketika pertama kali saya mendengar ‘kepulangan’ Prof Firmanzah, yang lebih akrab disapa Prof Fiz, pada Sabtu, 6 Februari 2021, tiba-tiba saya teringat dengan banyak kenangan perjumpaan inspiratif bersama beliau. Tanpa berpikir panjang saya langsung menghubungi Ibu Prima Naomi, Pj. Rektor Universitas Paramadina, untuk mengabadikan bersama berbagai kenangan tersebut dalam bentuk tulisan. Selang tidak berapa lama, Ibu Prima menyetujui rencana penulisan buku Prof Fiz ini. Saya pribadi sempat ada kekhawatiran jangan sampai berbagai ingatan positif mengenai Prof Fiz hilang begitu saja tanpa jejak. Namun, alhamdulillah ide ini mendapat sambutan baik dari kawan-kawan yang lain.

Sekitar tiga minggu setelah kepulangan Prof Fiz, tepatnya pada tanggal 28 Februari sudah terkumpul sekitar 27 tulisan baik yang ditulis sendiri maupun bersama-sama. Sebagai sebuah rekonstruksi ingatan yang ditulis, maka tulisan yang masuk dibiarkan begitu saja sesuai dengan ciri khas masing-masing penulis. Ada rasa yang selalu dipertahankan di setiap tulisan yang ada.

Membaca seluruh tulisan dalam buku ini seperti diajak kembali memasuki relung-relung pengalaman hidup yang istimewa. Perjumpaan kawan-kawan dengan Prof Fiz, baik sebagai atasan, rekan kerja, dosen dan lain sebagainya selalu terselip jejak-jejak inspirasi yang tidak mungkin begitu saja dapat terlupakan. Prof Fiz tampil bukan semata sebagai sosok profesor ekonomi yang banyak dikagumi orang, beliau juga sangat down to earth sehingga dikenal sebagai pribadi yang memuliakan arti sebuah perjumpaan.

Saya pribadi sudah mengenal beliau cukup lama. Sejak Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) masih aktif mengadakan berbagai diskusi termasuk mengundang beliau sebagai pembicara buku Marketing Politik. Kesan pertama saya berjumpa Prof Fiz, beliau sosok pemikir ekonomi muda yang visioner dan kalau berbicara sangat hati-hati dan terstruktur. Saya kagum dan ingin sekali mengikuti jejaknya. Berkat perjumpaan awal inilah tidak heran jika saya mudah dekat dengan beliau di awal-awal penunjukkan dirinya sebagai rektor di Universitas Paramadina. Beliau sering berpesan kepada saya untuk terus aktif menyelenggarakan kajian-kajian keislaman di kampus Paramadina dan meminta saya secara khusus untuk menjadi Koordinator Badan Pembina Kerohanian Kampus. Pesan beliau satu, jangan sampai Islam redup di Paramadina. Pembangunan mushola kampus di tengah taman peradaban tidak lepas dari keinginan beliau menghadirkan Islam sebagai pusat kegiatan kampus.

Prof. Fiz sangat detail dalam kegiatan monitoring kegiatan keagamaan yang ada. Pernah suatu kali beliau mengundang saya selepas shalat Jumat untuk mendiskusikan cara bagaimana adzan yang baik. Bagi beliau penting sekali kita memiliki para muadzin yang bagus suaranya juga tartib bacaannya. Saya kagum dengan fokus beliau. Meski terkesan sepele tapi itu menunjukkan perhatian Prof. Fiz kepada hal-hal detail yang tidak banyak orang memperhatikannya. Terkadang kita terlalu fokus kepada hal-hal besar, akan tetapi hal- hal kecil diabaikan. Satu hal yang beliau selalu pesankan kepada saya sebelum kepulangannya yaitu untuk membuat banyak kegiatan terkait dengan membaca al-Qur’an. Satu pesan yang sangat mendalam yang memang menjadi PR kami di Badan Pembina Kerohanian serta Dewan Keluarga Masjid secara khusus.

Prof. Fiz kini sudah tiada, akan tetapi jejak dan pengaruhnya insyaAllah masih kuat dan terus hidup dalam ingatan kita bersama. Buku ini semoga dapat menjadi obat pelipur kerinduan kami kepada sosok Profesor Muda yang brilian dan visioner ini. Semoga apa yang pernah beliau rintis dapat dilanjutkan oleh para penerusnya.

Secara khusus saya ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Hendro Martowardojo, Ketua Yayasan Wakaf Paramadina, serta Ibu Prima Naomi, selaku Pj. Rektor Universitas Paramadina, Ibu Fathiah E. Kertamuda, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan dan Bapak Handi Risza Idris selaku Wakil Rektor Bidang Pengelolaan Sumber Daya. Juga kepada seluruh kontributor tulisan, Agoes Joesoef, Agustin Widyaningsih, Arief Tito, Asriana Issa Sofia, Debbie Caroline Sianturi, Dewi Kurniaty, Dikara Barcah, Faris Budiman Annas, Fuad Mahbub Siraj, Gilang Cempaka, Handi Risza, Hendriana Werdhaningsih, Hendri Satrio, Herdi Sahrasad, lin Mayasari, lyus Wiadi, Kresno Yulianto, Leo Ericton, Lina Anggraeni, Lukman Hakim, M. Subhi Ibrahim, Nara Kurniawaty Yusuf, Nurliya Apriyana, Mahfud Achyar, Muhammad Yusup, Pipip A. Rifai Hasan, Prima Naomi, Retno Hendrowati, Suci Nuriatil Islamiyah, Sulistyowati, Tatok Djoko Sudiarto, Taufik Hidayatullah, Totok Amin Soefijanto, Yusuf Kurniadi, Very Aziz. Saya juga secara khusus ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada Pak Agoes Joesoef yang sudah membuatkan cover buku yang sangat cantik dan indah, juga kepada mas Arief Tito yang sudah ikut membantu menginformasikan undangan menulis ini kepada publik Civitas Akademika Universitas Paramadina serta menggabungkan tulisan ini menjadi buku utuh.

Khusus untuk keluarga yang ditinggalkan, Mbak Nana (Ratna Indraswari) dan putri tercinta yakinlah bahwa Prof. Fiz adalah sosok yang sangat baik dan insyaAllah beliau sudah tenang berada di sisi Allah SWT. Selamat jalan Prof. Fiz, insyaAllah kami akan melanjutkan perjuangan Bapak di atas muka bumi ini.


 Back